Halaman

Senin, 12 Oktober 2015

Adat Dan Tradisi Pernikahan Bangka Belitung


A. Adat pernikahan Pulau Bangka
            Tradisi ini di bagi masyarakat Melayu Bangka adalah sesuatu yang penting dan sakral, oleh sebab itu tata cara pengaturan perkawinan mulai dari persiapan acara, pelaksanaan upacara bahkan setelah selesai upacara harus direncanakan dan dipersiapkan dengan sesempurna mungkin. Perkawinan atau pernikahan secara tradisional bertujuan untuk menjalankan sunatullah, memenuhi kebutuhan biologis, mencapai status sosial tertentu dan pengekalan tali darah serta meneruskan keturunan.
            Kehidupan masyarakat dan adat istiadat Bangka sangat dipengaruhi oleh unsur budaya Melayu dan agama Islam, termasuk pelaksanaan upacara yang berhubungan dengan siklus kehidupan (life cycle) yang berhubungan dengan tahapan-tahapan krisis kehidupan seseorang (crisis rate) yang telah digariskan menurut adat Melayu karena Kepulauan Bangka Belitung termasuk di dalamnya bangka  merupakan daerah yang masuk dalam Rentang Tanah Melayu. Kemudian tata cara perkawinan umumnya dilaksanakan sesuai agama Islam.Pada tradisi perkawinan biasanya dimeriahkan dengan berbagai macam tarian, musik tradisional seperti Tari Campak, Tari Zapin dan musik dambus.
B. Adat Pernikahan Pulau Belitung
            Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini. Kesenian rakyat Belitung umumnya berbau Melayu, dengan menggabungkan tradisi sebelum dan sesudah masuknya Islam ke daerah ini. Kentalnya budaya Melayu amat terasa pada upacara pernikahan adat setempat.
            Dalam adat Belitung, tak harus seorang wanita yang dilamar, saat menjelang perkawinannya. Bisa saja, prialah yang dilamar oleh calon pendamping hidupnya. Hal ini menandakan masyarakat Belitung selalu luwes dalam memandang anggota masyarakatnya. Tidak mesti pria yang dominan dibanding perempuan, ataupun sebaliknya. Semuanya diselesaikan melalui kesepakatan kedua belah pihak.
            Pelaksanaan upacara pernikahan adat Belitung biasanya membutuhkan waktu 3 hari 3 malam. Bahkan bisa mencapai 7 hari 7 malam. Hari pertama, adalah saatnya mengetuk pintu. Pada hari pertama ini calon pengantin pria tidak menyertakan kedua orang tuanya. Sang mempelai didampingi oleh saudara ayah atau ibu. Rombongan mempelai pria tidak lantas begitu saja masuk ke dalam rumah. Ada 3 pintu yang harus mereka lewati. Berebut lawang, demikian istilah yang dikenal di Belitung.
`           Di pintu pertama ini, sebaris pantun diucap rombongan tamu. Sebaris pantun pula dibalas tuan rumah, diwakili tukang tanak, orang yang memasak nasi. Tak habis sebaris, pantunpun berlanjut. Intinya adalah menyampaikan maksud kedatangan rombongan tamu yang didengarkan oleh tukang tanak. Namun bukan berarti rintangan sudah usai. Masih ada 2 pintu lagi yang harus dilalui rombongan mempelai pria.
            Di pintu kedua, kali ini mereka harus berhadapan dengan Pengulu Gawai, yang merupakan pemimpin hajatan. Berbalas pantun kembali dijalin. Pengulu gawaipun menanyakan maksud kedatangan rombongan tamu. Dua pintu telah dilalui, namun belumlah cukup. Masih tersisa satu lagi. Yang terakhir, pintu ketiga dikawal Mak Inang, seorang juru rias pengantin.
            Mak Inang menanyakan barang bawaan atau sire rombongan tamu yang hendak meminang. Dengan sire berarti keluarga besar rombongan tamu mempunyai niat mengikat tali persaudaraan. Lewat pintu ini, barulah lega rombongan tamu. Hantaran dan tipak yang dibawa rombongan tamupun beralih tangan. Seperangkat tempat sirih lengkap, yang menyimpan 17 macam barang, menggambarkan jumlah rakaat shalat dalam 1 hari, kini di tangan tuan rumah. Demikian pula dengan sejumlah uang, yang berkelipatan lima. Angka lima melambangkan jumlah shalat wajib bagi kaum muslim.
            Sang pengantin pria, akhirnya dipertemukan dengan pujaan hati, yang segera akan dinikahinya. Akad nikahpun digelar. Hari kedua, saat bejamu, lebih menyiratkan rasa persaudaraan dua keluarga yang telah dipersatukan ini. Di hari kedua, orang tua pengantin pria yang selama ini diwakilkan barulah muncul, dipertemukan dengan pihak keluarga dan orang tua pengantin wanita.
            Peran Mak Inang, begitu sangat terasa di hari kedua ini. Bahkan bisa dibilang sangat mendominasi. Ia harus memandu serangkaian adat Belitung. Seperti saling tukar kue. Memiliki makna, mertua harus ingat akan menantunya, demikian pula sebaliknya. Namun demikian, pesta belumlah usai. Masih ada hari ketiga. Pasangan pengantin, dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Mandik besimbor istilahnya. Merekapun menginjak telur. Cukup mengagetkan, saat pengantin ini berlari ke arah pelaminan. Gurauan umum beredar siapa yang mencapai pelaminan terlebih dahulu dialah yang mengatur roda kehidupan keluarganya kelak.

C. Pakaian adat pengantin Bangka Belitung
Pakaian adat pengantin bangka beliung untuk perempuan adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru yang jaman dulu disebut baju Seting dan kain yang dipakai adalah kain bersusur atau kain lasem atau disebut juga kain cual yang merupakan kain tenun asli dari Mentok. Pada kepalanya memakai mahkota yang dinamakan “Paksian”. Bagi mempelai laki-laki memakai “Sorban” atau disebut “Sungkon”.
Baju pengantin perempuan menurut keterangan orang tua-tua berasal dari negeri Cina, konon menurut cerita ada saudagar dari Arab yang datang ke negeri Cina untuk berdagang sambil menyiarkan agama Islam dan jatuh cinta dengan seorang gadis Cina kemudian melangsungkan perkawinan dengan gadis Cina tersebut, pada perkawinan inilah mereka memakai pakaian adat masing-masing. Selanjutnya karena banyaknya orang-orang Cina dan Arab yang datang merantau ke pulau Bangka terutama ke Kota Mentok yang merupakan pusat pemerintahan pada waktu itu diantaranya ada yang melakukan perkawinan maka banyaklah penduduk pulau Bangka yang meniru pakaian tersebut. Pakaian pengantin tersebut pada akhirnya kita sebut dengan nama “Paksian”. Pakaian tersebut terdiri dari
Pakaian Pengantin Perempuan
            Pakaian pengantin perempuan adalah baju kurung dengan bahan beludru merah yang dilengkapi dengan teratai atau penutup dada serta menggunakan kain cual yaitu kain tenun asli Bangka yang berasal dari Mentok, dengan hiasan kepala yang biasa kita sebut Paksian dan dilengkapi dengan asesoris :
*     Kembang cempaka
*     Kembang goyang
*     Daun bambu
*     Kuntum cempaka
*     Sepit udang
*     Pagar tenggalung
*     Sari bulan
*     Tutup sanggul atau kembang hong
*     Kalung
*     Anting panjang
*     Gelang
*     Pending untuk pinggang
Baju pengantin perempuan ditambah dengan hiasan payet atau manik-manik dan dilengkapi dengan hiasan Ronce Melati untuk keindahan dan keharuman alami (bukan keharusan).
Pakaian Pengantin Laki-laki
Adapun untuk pakaian pengantin laki-laki terdiri dari :
*     Jubah panjang sebatas betis
*     Selempang yang dipakai pada bahu sebelah kanan
*     Celana
*     Penutup kepala seperti sorban  (sungkon)
*     Pending
*     Selop / Sendal Arab
            Pakaian pengantin laki-laki ini berwarna merah dan biasanya dari bahan beludru dengan hiasan manik-manik dan sama dengan pengantin perempuan dilengkapi dengan Ronce Melati untuk keindahan dan keharuman alami (bukan keharusan).

D. Tata Rias dan Hiasan
1.Hiasan Dahi
            Hiasan Dahi memakai penutup dahi yang disebut “paksian” dan didahi dipasang sari bulan, pagar tanggalung dan sepit udang pada samping kiri kanan telinga (godeg)
2.Bentuk Sanggul
            Konde tilang yang terbuat dari gulungan daun pandan atau lipatan daun pandan yang diisi dengan bunga rampai yang terdiri mawar, melati, kenanga, dan irisan daun pandan.pada zaman dahulu yang dipakai adalah sanggul cumpok atau cepul.

Analisis: 
Jadi yang membedakan tradisi bangka belitung dan daerah lain nya adalah atribut untuk mempelai wanita maupun pria yang dimana pada pria menggunakan jubah panjang sebatas betis, selempangan yg dipakai pada bahu kanan, penutup kepala seperti sorban, pending dan selop/ sendal. sedangkan pada mempelai wanita menggunakan Kembang cempaka, Kembang goyang,Tutup sanggul atau kembang hong,Pending untuk pinggang.

Sumber:
http://www.tamanmini.com/budaya/busana/339723754319/busana-tradisional-pangkalpinang
 http://www.indosiar.com/ragam/39164/mengarungi-bahtera-baru-ala-adat-belitung

4 komentar:

  1. sungguh sangat membantu untuk para calon pengantin mengenai Adat Dan Tradisi Pernikahan Bangka Belitung.

    selain adat dan tradisi yang digunakan pada saat resepsi pernikahan, ada yang tidak kalah pentingnya loh guys.
    persiapan undangan souvenir dan mahar pun juga sama pentingnya !!

    Anaria Wedding akan membantu persiapan pra nikah anda sebagai calon pengantin tak perlu bingung.
    Anaria Wedding membantu menjawab semua keperluan anda mulai dari Undangan, Souvenir, Mahar, dan Hantaran/Seserahan
    kami melayani konsultasi gratis
    segera hubungi team kami

    Salama :
    WA/Tlf 0856 4591 3004
    http://souvenirnikah.co.id

    BalasHapus
  2. Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
    Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
    Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)

    BalasHapus
  3. terima kasih kak atas infonya

    perkenalkan kak saya Dewi Putri ISB Atmaluhur

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus