Halaman

Senin, 02 Desember 2013

Juru Parkir Yang Hebat




Apakah kau pernah melihat, kawan, atau bahkan sering melihat mereka-mereka yang hidup dalam segala keterbatasan? Keterbatasan fisik, semisal cacat, keterbatas ekonomi, apakah yang mereka lakukan dalam segala keterbatasan itu? Tentulah kita banyak melihat, banyak diantara mereka yang menjadi peminta-minta dijalanan. Tetapi, masih ada sebagian kecil dari mereka, yang memperjuangkan hidupnya dalam segala keterbatasan dan kekurangan.

Tiga tahun lalu, ketika kami (saya dan suami) masih tinggal dikota lumpia, kami melihat seseoarang, seseorang yang sangat luar biasa. Dia adalah seorang juru parkir. Dan bukan seorang juru parkir biasa. Mengapa? Tubuhnya telah renta tergerus usia, jalannya sudah sempoyongan. Ya, dia seorang juru parkir yang telah lanjut usia, kurang lebih 80tahun umurnya, atau malah lebih?? Semangat hidupnya luar biasa. Kawan, tau kah kau dimana rumahnya? Rumahnya ada diemperan toko yang sudah tak terpakai. Bila menjelang malam, maka ia akan bersiap-siap memasang kardus untuk ditegakkan kemudian ditali ditiang, dan membuka payung usang. Itulah rumahnya kawan. Rumah kardus yang dibongkar pasang, dengan ukuran tidak ada dua meter kawan. Disitulah ia akan tidur dengan diselimuti angin malam, dan merenung seorang diri dirumahnya. Ketika pagi menjelang, maka ia akan membongkar rumahnya untuk dirapikan disudut toko, kemudian bersiap diri untuk bekerja, menjadi juru parkir disebuah toko yang ada diseberang.

Apa yang kawan rasakan bila melihatnya memperjuangkan hidup? Sungguh manusia yang sangat hebat. Kami sangat salut dan sangat terharu setiap kali melewati jalan itu, dan melihatnya. Padahal, dijalanan itu banyak sekali peminta-minta yang masih muda-muda dengan badan yang masih sehat dan kuat. Sungguh luar biasanya juru parkir ini, ditengah-tengah kesulitan ekonomi, ditengah-tengah keterbatasan, dia tak pernah kami lihat sekalipun mengemis, meminta-minta pada setiap orang yang lalu lalang, ataupun mengemis dilampu merah. Dari juru parkir itulah, kami belajar. Belajar apa? Belajar dalam sebuah kehidupan, untuk selalu terus berusaha dalam hidup, jangan pernah menyerah dengan keadaan. Sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk kita semua.

Sekali waktu kami menyambanginya. Saat itu menjelang malam, rumah kardusnya telah berdiri. Kami menemuinya sedang termenung didepan rumahnya dengan hanya ditemani sebotol air minum putih yang lusuh, sambil menerawang jauh, melihat ramainya jalan raya. Hampir saja bulir air mata ini jatuh, kawan. Ketika menerima pemberian dari kami, tak ada kata yang terucap dimulutnya, hanya tatapan wajah yang tak bisa kami gambarkan. Tatapan wajah dengan mata yang berkaca-kaca. Sungguh menharukan. Bukan kah kami harus berterimakasih padanya, karena dia juga adalah guru hidup kami. Dari dia kami belajar tentang sebuah perjuangan hidup. Tak terasa keesokan harinya kami melihat, juru parkir itu sedang beristirahat dirumahnya, dan sedang tidak bekerja. Raut mukanya terlihat bebas. Bebas barang sehari saja, bisa beristirahat dari bekerja, meski hanya sekedar merebahkan tubuh rentanya. Tahu kah kau, kawan? Dia tak pernah sekalipun, barang seharipun tidak bekerja. Karena dia selalu giat bekerja tiap hari, dari pagi hingga petang.

Kawan, jika sekali waktu datang ke kota lumpia, bisa jadi kalian bertemu dengannya, atau tanpa sadar tak sengaja berpapasan dengannya. Semoga saja juru parkir itu selalu diberi kesehatan, agar bisa bekerja untuk sesuap nasinya. Dan semoga keteguhan hatinya, kesabaran, serta keikhlasannya dalam menjalani hidup, bisa menjadi inspirasi untuk kita semua, menjadi spirit yang luar biasa dalam hidup kita. Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar